Revitalisasi SMK dan Kesempatan Kerja


Revitalisasi SMK dan Kesempatan Kerja
oleh Oki Suprianto, M.Pd



Derasnya arus globalisasi memberikan dampak yang sangat luas terhadap berbagai aspek kehidupan baik  ekonomi, sosial, budaya, politik tak terkecuali industri serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Kondisi ini memberikan konsekuensi logis terhadap umat manusia yang tidak bisa menghindarinya dan pada akhirnya setiap masyarakat dalam suatu negara pun akan menjadi bagian dari warga negara dunia (global citizenship).
Pendidikan sebagai wadah dalam mengembangkan IPTEK tidak luput dari pengaruh globalisasi termasuk di dalamnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK merupakan salah satu jenjang pendidikan menengah, secara khusus berfokus dalam mempersiapakan lulusan yang siap bekerja melalui keterampilan yang mereka dapatkan. Namun demikian, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per-Februari 2018 jika dilihat dari tingkat pendidikan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih berada pada posisi tertinggi diantara tingkat pendidikan lainnya, yakni sebesar 8,92 persen. Artinya, angka pengangguran banyak disumbang oleh lulusan SMK. Permasalahan lainnya muncul saat industri atau perusahaan tempat di mana siswa melakukan Praktik Kerja Industri (Prakerin) justru belum mampu menyerap mereka secara optimal untuk bekerja sehingga program tidak memiliki efek jangka panjang terhadap kesempatan kerja  bagi lulusan SMK.
Permasalahan-permasalahan tersebut dialami baik oleh swasta atau pun negeri. Lebih parahnya lagi saat industri/perusahaan lebih memprioritaskan memilih lulusan SMA dibandingkan menerima lulusan SMK, pada akhirnya berebut lahan (bidang) pekerjaan antara lulusan SMA dan SMK pun tidak terhindarkan. Oleh sebab itu, semua pemasalahan yang dihadapi sudah sepantasnya menjadi perhatian serius agar kita tidak sekedar berdiam diri sebagai penonton, lebih dari itu harus ikut ambil bagian di dalamnya. Sebagaimana dikutip dalam Pikiran Rakyat Senin (27/08/2018) bahwa Indonesia jangan sampai jadi penonton di era Revolusi Industri 4.0.
Setidaknya, ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan persoalan ini. Pertama, Pemerintah perlu memberi perhatian lebih terhadap sarana dan prasarana yang memadai serta mendukung terhadap peningkatan kemampuan siswa di SMK. Kedua, SMK perlu menjalin banyak kerja sama dengan pihak industri. Kerja sama ini penting dilakukan memungkinkan adanya saling pemenuhan kebutuhan di antara kedua belah pihak. Apa lagi hal ini sudah diperkjat dengan adanya Intruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Revitalisasi SMK. Keempat, pemerintah sudah sepantasnya memberikan apresiasi terhadap setiap karya yang dihasilkan oleh siswa SMK. Hal ini diperlukan untuk menstimulus SMK untuk mengembangkan teknologi dan menciptakan suatu karya sehingga persaingan dalam dunia industri dapat lahir secara sehat dan produktif. Inilah saatnya, SMK memiliki peran lebih dalam memegang dunia industri di tanah air, menghasilkan lulusan yang siap kerja secara kompetitif, memiliki mental kuat dalam menghadapi tantangan industri yang berjalan dengan pesat sehingga “SMK BISA!” bukan sekedar sebuah semboyan tapi keyakinan kuat yang diejawantahkan dalam sebuah karya nyata.
(Tulisan ini pernah dimuat di rubrik forum guru koran harian Pikiran Rakyat, Jawa Barat pada 19 januari 2019)

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Revitalisasi SMK dan Kesempatan Kerja"